Burung Ciblek atau dikenal juga dengan nama latin prinia familiaris kini semakin langka. Burung yang dimasukkan ke dalam keluarga Prinia (merujuk bulu sayap putih bertipe prinia) kini hanya tersisa di sebagian kecil pulau Jawa. Sumatera dan Bali. Di Sumatra tidak jarang hingga ketinggian 900 m dpl , sedangkan di Jawa dan Bali umum hingga ketinggian 1.500 m dpl.
Ciblek sebagai hewan peliharaan yang memiliki ukuran fisik yang tergolong kecil , hanya sekitar 12 cm terhitung dari ujung paruh hingga ekor. Memiliki bulu punggung berwarna hijau ke bubuk abuan dengan bab ujung ekor bermotif totol kehitaman tipis. Pada bab punggung ada dua macam warna. Untuk tipe ciblek tegalan/ kebun dicirikan dengan warna dada putih sedangkan ciblek sawah berwarna bubuk abu agak gelap. Ciblek dada putih memiliki intonasi yang panjang , keras dan lebih melengking dengan bunyi bersuara cap..cap..cap… sedangkan ciblek sawah berbunyi cip..cip..cip… Paruh burung ciblek berbentuk runcing dan kecil dengan bab atas kehitaman dan bawah kekuningan. Kakinya sangat rapuh berwarna coklat kemerahan. Burung ciblek hidup secara berkoloni kecil antara 3 hingga 12 ekor. Mereka mencari makanan di area terbuka ibarat sawah , pekarangan , kebun atau mampu juga didaerah tertutup ibarat pinggiran hutan dan daerah bakau. Di alam bebas , ciblek akan berbunyi secara bersahut sahutan dengan kawanannya. Nyanyian tersebut sebagai tanda komunikasi semoga tidak terpisah dan juga sebagai tanda perngatan bila ada bahaya. Saat bernyanyi , ciblek akan mengangkat pantat dan ekornya sehingga terlihat semakin cantik. Burung ciblek mencari mangsa berupa ulat maupun serangga kecil. Terkadang mereka akan turun ke tanah untuk mengambil cacing yang muncul di permukaan. Akan tetapi ciblek peliharaan berbeda lagi dalam hal selera makanan. Mereka dibiasakan mengkonsumsi voer , ulat hongkong atau kroto yang dicampur. Burung ciblek yang gagal menyesuaikan diri dalam selera makanan buatan insan biasanya akan mati mendadak.
Seperti kebanyakan Burung kecil lainnya , ciblek membuat sarang dengan menganyam rerumputan halus. Mereka memilih pohon yang tidak terlalu lebat dengan banyak batang. Sarang ciblek berukuran kecil kurang lebih berdiameter 15 cm dengan lubang kearah samping. Sarang diletakkan di batang dengan ketinggian minimum 2 meter. Mereka bertelur antara 3 hingga 5 ekor. Ciblek termasuk burung yang pintar mengasuh anaknya , terbukti dengan rendahnya angka maut anak di sarang.
Sebelum tahun 1990 an burung ini dibiarkan hidup bebas. Akan tetapi ketika ini burung ciblek terus diburu. Penangkapan banyak dilakukan terutama di daerah pedesaan di pulau Jawa. Sifatnya yang tidak takut terhadap insan , semakin mudah untuk menjerat burung ciblek. Ada beberapa macam cara untuk menangkap burung ini. Pemburu tradisonal biasanya menggunakan pulut (getah nangka) yang di oleskan di daerah habitat ciblek. Karena burung ini memiliki tumpuan terbang pada daerah yang sama , pemburu dapat memprediksi titik titik burung ini akan hinggap kembali. Ada pula yang menangkap dengan membentangkan jarring di sawah. Bisa juga dengan meletakkan cermin atau anakan burung yang diambil dari sarangnya pada kandang perangkap sehingga memancing indukan untuk datang dan masuk perangkap. Para penangkap burung yang terampil , bahkan , kerap hanya bermodalkan senter , dan kecepatan tangan untuk menangkap burung ciblek yang tidur di malam hari pada pohon pohon ketela.
Burung Ciblek dikenal memiliki daya tahan yang rapuh terutama hasil tangkapan dewasa. Saat ini belum terdengar ada pembiak yang berhasil menangkarkan burung ciblek. Burung ciblek peliharaan yang sudah pintar berkicau berharga mahal mencapai rentang harga antara 200 hingga 500 ribu sedangkan untuk yang berkualitas biasa dihargai tiga puluh hingga tujuh puluh ribu. Burung ciblek kualitas bagus sering digunakan untuk memaster burung lomba kicauan alasannya bunyi ciblek bening dan tajam dan mudah ditirukan.
0 Response to "MENGENAL CIBLEK SI KECIL CABE RAWIT"